Waluyo Satrio Adji, M.Pd.I
Pasca terjadinya bencana alam tsunami di Selat Sunda tanggal 22 Desember 2018 yang menelan banyak korban jiwa, membuat Bapak Presiden Jokowi menginstruksi kepada masyarakat dan pemangku kebijakan akan pentingnya pendidikan mitigasi untuk diajarkan di Sekolah Dasar dan lanjut. Pernyataan Presiden langsung direspon media dengan mengangkat sebagai topik perbicangan, juga ada yang menganimasikan tentang pendidikan mitigasi khususnya bencana tsunami. menariknya dari topik perbicangan dan video sama-sama menyinggung pendidikan mitigasi yang dilakukan negara jepang untuk diterapkan di Indonesia, logis kiranya karena negara Jepang sering diterjang tsunami sampai yang membuat istilah tsunami adalah negara jepang itu sendiri.
Pendidikan Mitigasi Bencana
Saat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi belum peka terhadap datangnya bencana, maka cara yang dapat dilakukan untuk selamat adalah dengan bersiap-siap menghadapi terjadinya bencana, persiapan tersebut dinamakan mitigasi bencana. secara literal pengertian mitigasi ada dalam undang-undang no.24 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Dalam perjalanannya, pendidikan tentang mitigasi bencana alam mulai dari banjir, angin topan, gunung meletus, tanah longsor, dsb sudah diajarkan di bangku sekolah dasar dan lanjut. Mengkaji sekitar tahun 90 dan 2000 an pengajaran mitigasi ada dalam mata pelajaran IPA di sekolah dasar selanjutnya geografi di jenjang pertama dan atas, semisal dalam kurikulum KTSP kelas VII semester 2 dalam Kompetensi Dasar 3 disebutkan “mendeskripsikan struktur bumi untuk menjelaskan fenomena gempa bumi dan gunung api, serta tindakan yang diperlukan untuk mengurangi resiko bencana ”. Pada kurikulim 2013 pada buku siswa tematik kelas 1 SD terdapat tema peristiwa alam, dengan sub tema 4 yaitu bencana alam, didalamnya juga diurai tentang bencana alam dan cara menyelamatkan diri. terakhir ada penelitian pengabdian dari dosen uin antasari tentang mitigasi bencana banjir dengan media komik. beberapa pendidikan, penelitian, dan pengabdian ataupun sosialisasi tentang mitigasi sudah bertahun-tahun diajarkan tetapi mengapa masih banyak timbul korban jiwa? terlepas dari takdir Allah swt.
Menyadari Pentingnya Informasi Mitigasi Bencana
Sekitar bulan Oktober 2018, penulis mendapat undangan workshop akreditasi jurnal di Universitas Swasta Kota Balikpapan. Saat pembukaan ada sesuatu yang unik (karena belum pernah menemui) yaitu mahasiswa diploma dari Fakultas Kesehatan dan Keselamatan Kerja memberikan informasi sarana dan prasarana gedung sampai evakuasi penyelamatan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, semisal gempa yang meruntuhkan gedung. informasi tersebut begitu sederhana tetapi sangat membantu bagi orang yang baru menginjakkan kaki di gedung tersebut. saat itu penulis akan buang air, tanpa tanya sana sini sudah tahu bahwa kamar kecil di samping taman saat itu.
Informasi yang detail juga didapat di dalam pesawat yang akan take off atau terbang, Standard Operational Proceduresetiap maskapai memberikan informasi tranportasi tersebut meliputi informasi pesawat, jendela darurat, rompi peka air, dsb dengan tujuan meminimalisir jatuhnya korban jiwa jika terjadi hal yang tidak diinginkan selama perjalanan. belajar dari dua hal tersebut, begitu pentingnya informasi dalam membantu menyelematkan seseorang bila sewaktu-waktu membutuhkan suatu hal atau ada kejadian di luar tujuan.
Menjawab pertanyaan tentang masih banyaknya timbul korban jiwa padahal sudah diberi wawasan mitigasi hal itu dikarenakan dari hasil pengamatan pada fakta di lapangan yaitu jarang sekali ditemui di tempat umum ataupun daerah yang menyajikan informasi mitigasi bencana, semisal di tempat wisata alam yang ada bukan informasi kondisi wilayah berupa gejala dan keselamatan tetapi yang ada adalah informasi arah lokasi ke tempat wisata yang akan dituju beserta fasilitas. jadi sewaktu terjadi bencana alam masyarakat atau pengunjung wisata bingung harus kemana dan ngapain, dan akhir dari kebingunan masyarakatlah yang menjadi korban bencana. Contoh sederhananya pada teori di buku saat terjadi gempa bumi masyarakat menjauhi bangunan untuk pergi ke tempat terbuka melalui jalur darurat, namun kenyataan di lapangan tidak ada tempat terbuka dan tidak adanya rambu-rambu jalur darurat.
Informasi apa yang perlu diumumkan guna meminimalisir korban jiwa? yang urgen adalah informasi wilayah dan pemetaan bangunan beserta rambu-rambu dengan alasan bahwa pada titik tersebut banyak terjadi korban jiwa contoh ketika di terjadi gempa di Palu, banyak korban yang terjebak di Hotel Roa-Roa, sedangkan informasi wilayah juga penting contohnya saat terjadi tanah longsor di pegunungan, penting kiranya informasi tentang kontur tanah, jenis tanah, kemiringan tempat, sampai rambu-rambu jalur evakuasi, dsb.
Metode pengumuman informasi yang efektif adalah melalui media salah satunya iklan televisi, ada kejadian unik saat anak duduk di bangku Sekolah Dasar sedang disuntik, begitu takutnya anak tersebut menyanyi.lagu Korea, bukan tanpa sebab karena saat itu lagi gencar-gencarnya iklan belanja daring dengan bintangnya Girls band asal Korea. Hal ini menandakan bahwa begitu efektifnya iklan di tv yang ditayangkan secara bertubi-tubi. Alternatif lain membuat poster besar,papan pengumunan, spanduk dsb di setiap sudut tempat umum tentang informasi mitigasi bencana. Memang terkesan repot namun setidaknya jika informasi tentang mitigasi tersebut secara kontinu dilakukan di berbagai aspek, masyarakat akan merasa nyaman dan aman bepergian ke penjuru nusantara, jika terjadi hal yang tidak diinginkan sudah mengantongi jurus untuk dapat menyelamatkan diri