Luthfia Aldila Arsy Subagyo (Mahasiswa PGMI UIN Malang) – Forest Watch Indonesia (FWI) dan Global Forest Watch (GFW) menyampaikan bahwa Indonesia sedang mengalami suatu masalah yang penting yakni kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan akan membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya jika dibiarkan terus menerus. Salah satu contoh kerusakan lingkungan di Indonesia yaitu kondisi hutan lebat yang hanya tersisa sekitar 98 juta hektar dan sebagian sudah mengalami degradasi. Penurunan ini terjadi secara terus-menerus setiap tahunnya. Kerusakan lingkungan yang tidak segera diatasi akan membawa dampak negatif dengan berbagai macam kerugian. Bencana alam yang terjadi akibat kerusakan lingkungan antara lain tanah longsor, kabut asap, banjir, dan lain-lain (Satria 2017).
Bencana alam yang terjadi karena kerusakan lingkungan erat kaitannya dengan jumlah sampah yang dihasilkan, terutama di lingkungan perkotaan. Sampah adalah sisa kegiatan manusia berupa barang atau benda yang dibuang dan tidak terpakai lagi. Jumlah sampah yang dihasilkan akan terus meningkat. Selaras dengan meningkatnya jumlah penduduk. Enam tahun yang lalu, jumlah penduduk perkotaan meningkat menjadi sekitar 3 miliar orang dan menghasilkan 1,3 miliar ton sampah per tahun. Pada tahun 2025 diperkirakan penduduk perkotaan meningkat menjadi 4,3 miliar orang dengan 2,2 miliar ton sampah yang dihasilkan (Gusti et al., 2017). Peningkatan jumlah sampah yang sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dilatarbelakangi oleh beberapa hal yakni perubahan pola konsumsi, daya beli, gaya hidup masyarakat dan kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi lainnya (Pratama, 2015).
Permasalahan lingkungan yang sebagian besar disebabkan oleh jumlah sampah yang terus meningkat ini perlu segera mendapat perhatian. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan agar lingkungan tetap terjaga kelestariannya adalah pengelolaan sampah yang baik. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah yang dilakukan secara sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan. Tindakan pengelolaan sampah ini dapat dilakukan oleh setiap orang dari berbagai kalangan seperti yang tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengetahuan pengelolaan sampah yang berkelanjutan dapat diukur dari lima indikator, diantaranya pengetahuan tentang cara mengurangi sampah, mendaur ulang sampah, dan mengubah sampah menjadi energi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Pengelolaan sampah yang baik merupakan salah satu bentuk peduli lingkungan. Secara teoritis, peduli lingkungan adalah upaya pencegahan kerusakan lingkungan di sekitar dan diwujudkan dengan sikap dan tindakan (Wulandari, 2016). Dalam bidang pendidikan, peran guru dalam menanamkan pengetahuan pengelolaan sampah kepada siswa merupakan suatu hal yang sangat penting. Namun terkadang terdapat beberapa kendala yang dialami guru dalam mengajarkan.
pendidikan lingkungan hidup, diantaranya adalah kurangnya materi dikarenakan tidak terikat dengan kurikulum, kurangnya waktu untuk mempersiapkan, fasilitas yang kurang memadai, dan lain-lain (Khasanah & Tohirin, 2018). Oleh karena itu, penting untuk membiasakan dan membentuk karakter peduli lingkungan kepada siswa sejak dini melalui pendekatan (Rahmawati, 2019)
Langkah pertama dalam merencanakan pembelajaran adalah menentukan pendekatannya. Hal ini dikarenakan pendekatan merupakan acuan atau dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Salah satu jenis pendekatan pembelajaran yang sering digunakan di negara- negara maju yaitu pendekatan kontekstual. Di Belanda diharuskan untuk menerapkan pendekatan ini dalam pembelajaran matematika, yang dikenal dengan sebutan Realistic Mathematics Education (RME). Di Amerika Serikat juga menerapkan pendekatan ini yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL). Sedangkan di Michigan, pendekatan kontekstual dikenal dengan sebutan Connected Mathematics Project (CMP) (Maryati, 2018).
Uraian di atas menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan salah satu jenis pendekatan pembelajaran yang efektif diterapkan untuk mengatasi permasalahan- permasalahan dalam pembelajaran. Pendekatan kontekstual juga merupakan pendekatan yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran. Pendekatan kontekstual adalah suatu konsep belajar yang menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa (Sugandi & Bernard, 2018). Selain itu, pendekatan ini juga didasarkan pada kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dan mendorong motivasi siswa untuk menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari dengan baik. Salah satu manfaat dari pendekatan ini yaitu dilihat dari aspek pemecahan masalahnya. Melalui pendekatan ini, proses pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari siswa dinilai lebih baik daripada siswa yang diajarkan melalui pendekatan konvensional (Putra, 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas 3 MI Perwanida Blitar, pada umumnya tingkat pemahaman dan kepedulian siswa terhadap lingkungan masih rendah dan memerlukan bimbingan. Ini dibuktikan dengan adanya beberapa perilaku siswa diantaranya belum mampu memilah sampah dengan baik, membuang sampah tidak disesuaikan berdasarkan jenis sampah, masih ditemukan sampah di laci dan di sudut ruang kelas, dan mayoritas siswa masih menggunakan bahan sekali pakai seperti botol plastik, kresek, dan kertas minyak sebagai pembungkus makanan. Ini menunjukkan kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan sampah. Oleh karena itu, perlu adanya kreativitas guru untuk mengemas suatu pembelajaran agar lebih bermakna bagi siswa.